Miley Cyrus Tulis Lagu untuk Film Avatar, Terinspirasi dari Kebakaran Rumahnya yang Mengubah Hidup
Miley Cyrus menulis dan merekam lagu original berjudul “Dream as One” untuk soundtrack film Avatar: Fire and Ash, sebuah karya yang terinspirasi langsung dari pengalaman pribadinya saat kehilangan rumah akibat kebakaran besar di California beberapa tahun lalu. Tragedi tersebut bukan hanya menghancurkan kenangan dan harta benda, tetapi juga menjadi titik balik dalam hidup Miley mendorongnya untuk merenungi makna kehilangan, ketahanan, dan proses membangun kembali dari nol. Melalui lagu ini, Miley menuangkan perjalanan emosionalnya ke dalam musik yang sarat pesan harapan dan kebangkitan.
Dalam pernyataannya, Miley mengungkap bahwa proyek ini memiliki arti yang sangat mendalam karena ia sendiri “pernah menjadi bagian dari api itu, dan harus belajar bangkit dari abu”. Nuansa spiritual dan penyembuhan yang ia rasakan kemudian ia hubungkan dengan tema film Avatar yang juga berbicara tentang kehancuran, rekonsiliasi, dan hubungan manusia dengan alam. Tak heran jika “Dream as One” terdengar seperti jembatan antara dua dunia kisah pribadi Miley dan semesta sinematik Pandora yang sama-sama menyoroti kekuatan cinta, solidaritas, dan kelahiran kembali dari luka yang mendalam.
Di unggahan Instagram dan X (Twitter) miliknya, Miley Cyrus membagikan cuplikan singkat lagu “Dream as One” disertai pernyataan yang begitu menyentuh hati para penggemar. Dalam unggahan itu, Miley menulis, “Having been personally affected by fire and being rebuilt from the ashes, this project holds profound meaning for me”. Kalimat sederhana tersebut menggambarkan kedalaman emosinya bagaimana pengalaman kehilangan rumah akibat kebakaran bukan hanya menjadi luka, tetapi juga sumber inspirasi yang menghidupkan kembali semangat kreatifnya. Ia menyebut proyek ini sebagai bentuk “musical medicine”, sebuah terapi melalui musik yang menyalurkan rasa sakit menjadi karya penyembuhan.

Miley juga menyampaikan rasa terima kasih kepada sutradara legendaris James Cameron atas kepercayaannya untuk terlibat dalam proyek sebesar Avatar: Fire and Ash. Baginya, kesempatan ini bukan sekadar kolaborasi profesional, melainkan ruang untuk mengekspresikan perjalanan spiritual dan emosional yang ia alami. Dalam cuplikan video yang dibagikan, suara Miley terdengar lembut namun penuh kekuatan, diiringi piano yang tenang dan atmosfer sinematik khas dunia Pandora.
Potongan lirik yang ia bocorkan, “Even through the ashes in the sky / Baby, when we dream / We dream as one”, mencerminkan pesan universal tentang persatuan, harapan, dan kebangkitan. Bait tersebut seolah menjadi metafora bagi perjalanan hidupnya sendiri bangkit dari abu untuk kembali bermimpi, kali ini bukan sendirian, tetapi bersama dunia yang lebih luas melalui musik.
Lagu “Dream as One” digarap Miley Cyrus bersama dua kolaborator yang sudah tidak asing lagi di dunia musik internasional Mark Ronson dan Andrew Wyatt. Keduanya sebelumnya juga terlibat dalam beberapa proyek penting Miley, termasuk era album Plastic Hearts yang memperlihatkan sisi rock dan kedewasaan musikalnya. Kolaborasi ini menjadi kelanjutan chemistry kreatif yang telah terbentuk di antara mereka, kali ini dengan tujuan yang lebih sinematik: menciptakan lagu yang bukan hanya menggugah secara emosional, tetapi juga mampu menyatu dengan atmosfer megah dunia Avatar.
Mark Ronson dikenal sebagai salah satu produser paling berpengaruh di industri musik modern, di balik sejumlah hit global seperti “Uptown Funk” (Bruno Mars) dan “Shallow” (Lady Gaga & Bradley Cooper). Keahliannya dalam memadukan aransemen organik dengan elemen elektronik memberi warna khas pada setiap proyek yang ia sentuh. Sementara itu, Andrew Wyatt, yang juga dikenal lewat kolaborasinya bersama Lady Gaga, Dua Lipa, dan Florence + The Machine, menghadirkan kekuatan dalam penulisan lirik dan komposisi yang puitis.
Keterlibatan dua nama besar ini menjadikan “Dream as One” bukan sekadar lagu film biasa, melainkan karya yang dirancang dengan kedalaman artistik dan standar produksi tinggi. Hasilnya adalah palet sonik yang intim namun sinematik, di mana emosi personal Miley berpadu dengan lanskap musikal yang luas dan atmosferik mencerminkan jembatan antara dunia nyata dan dunia Pandora. Kombinasi ini diyakini akan membuat lagu tersebut menonjol di antara jajaran soundtrack ikonik lainnya dalam waralaba Avatar.
Konteks emosional dibalik keterlibatan Miley Cyrus dalam proyek Avatar: Fire and Ash memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman traumatis yang pernah ia alami. Pada tahun 2018, kebakaran besar yang dikenal sebagai Woolsey Fire melanda wilayah Malibu, California salah satu bencana paling merusak dalam sejarah negara bagian tersebut. Dalam tragedi itu, Miley kehilangan rumahnya yang telah menjadi tempat penuh kenangan bersama hewan peliharaannya dan pasangannya saat itu, Liam Hemsworth. Meski beruntung bisa selamat, ia mengaku bahwa kehilangan tersebut meninggalkan luka mendalam sekaligus mengubah cara pandangnya terhadap hidup dan seni.
Dalam berbagai wawancara setelah kejadian itu, Miley menyebut kebakaran tersebut sebagai “titik balik” yang membuatnya mengevaluasi kembali identitas artistik dan prioritas pribadinya. Semua file musik, jurnal, dan catatan kreatif yang terbakar membuatnya merasa seolah-olah seluruh bab kehidupannya dihapus begitu saja. Namun dari kehancuran itu pula, ia menemukan kembali jati dirinya sebagai seniman yang jujur dan autentik. Ia belajar untuk tidak lagi berpegang pada materi, melainkan pada esensi dan makna dari setiap pengalaman.

Kini, ketika ia menulis “Dream as One” untuk Avatar, semua emosi dan refleksi dari masa itu seolah menemukan rumah baru. Lagu ini menjadi simbol pemulihan dan kesatuan bukan hanya tentang membangun kembali kehidupan setelah kehilangan, tetapi juga tentang menyadari keterhubungan manusia dengan alam dan sesama. Dengan cara itu, Miley tidak sekadar menulis lagu untuk sebuah film; ia menulis bab penyembuhan bagi dirinya sendiri, menjadikan musik sebagai jembatan antara masa lalu yang hancur dan masa depan yang penuh harapan.
Film Avatar: Fire and Ash sebagai installment ketiga dari waralaba Avatar melanjutkan visi epik sutradara James Cameron dalam mengisahkan hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Kali ini, fokus cerita beralih pada elemen api simbol kekuatan destruktif sekaligus transformasi. Unsur ini menjadi metafora bagi siklus kehidupan di Pandora: kehancuran yang membawa kelahiran baru, konflik yang memunculkan kesadaran, dan luka yang justru menumbuhkan harapan. Tema tersebut memiliki resonansi yang mendalam dengan perjalanan pribadi Miley Cyrus, yang juga harus “dibangun kembali dari abu” setelah kebakaran besar yang mengubah hidupnya pada 2018.
Dalam konteks ini, kehadiran lagu “Dream as One” terasa seperti jantung emosional filmnya. Lirik yang menyinggung “ashes” dan “dream” bukan hanya menggambarkan penderitaan atau kehilangan, tetapi juga transformasi spiritual gagasan yang sangat identik dengan filosofi dunia Pandora. James Cameron, dalam wawancaranya, sering menyoroti pentingnya kesadaran ekologis dan keseimbangan antara manusia dan alam. Melalui lagu Miley, tema besar tersebut menemukan bentuk yang lebih personal dan manusiawi: tentang bagaimana seseorang bisa menemukan kembali makna hidup setelah terbakar oleh pengalaman.
Keterlibatan Miley pun terasa otentik dan berlapis makna. Ia tidak sekadar menyanyikan lagu film, tetapi menyumbangkan bagian dari kisah hidupnya sendiri untuk memperkuat narasi sinematik Cameron. Dalam konteks artistik, kolaborasi ini menciptakan sinergi yang unik perpaduan antara trauma pribadi dan pesan universal tentang kesatuan, penyembuhan, serta kebangkitan dari abu. Dengan begitu, “Dream as One” berfungsi bukan hanya sebagai soundtrack, melainkan sebagai jembatan emosional antara dunia nyata dan dunia Pandora yang sarat makna spiritual.
Cuplikan singkat lagu “Dream as One” yang dibagikan melalui media sosial menampilkan komposisi piano-led yang lembut dan melankolis, dibalut dengan vokal khas Miley Cyrus yang kaya akan emosi dan tekstur. Nada-nada awalnya menghadirkan suasana reflektif, seolah membawa pendengar masuk ke ruang sunyi di mana rasa kehilangan dan harapan bertemu. Dalam beberapa detik saja, lagu ini sudah menunjukkan potensi kuatnya sebagai balada sinematik jenis lagu yang sering menjadi sorotan di ajang penghargaan bergengsi seperti Oscar, Golden Globe, maupun Grammy Awards dalam kategori Best Original Song.

Ciri khas Miley yang mampu menyeimbangkan kekuatan vokal dengan kerentanan emosional menjadi daya tarik utama lagu ini. Ia tidak sekadar menyanyi, tetapi menuturkan kisah; setiap nada terdengar seperti serpihan pengalaman yang diolah menjadi keindahan. Elemen musiknya yang minimalis namun berlapis piano lembut, string tipis, dan latar vokal atmosferik memberi kesan intimate yet cinematic, cocok dengan nuansa visual dunia Avatar: Fire and Ash yang megah namun penuh sisi spiritual.
Tak heran bila sejumlah media hiburan internasional mulai menyoroti lagu ini sebagai calon kuat untuk nominasi Original Song. Rolling Stone, Variety, dan The Hollywood Reporter menyebut bahwa komposisi dan tema emosionalnya berpotensi mencuri perhatian di musim penghargaan mendatang, terutama jika Disney dan 20th Century Studios mendukung promosi soundtrack secara maksimal. Namun, analis musik mencatat bahwa penilaian lebih objektif baru bisa dilakukan setelah versi penuh lagu dirilis secara resmi dan strategi pemasarannya diumumkan.
Apapun hasilnya nanti, satu hal jelas: “Dream as One” telah memperlihatkan kualitas musikal dan kedalaman emosional yang jarang muncul dalam soundtrack modern. Lagu ini berpotensi menjadi salah satu karya paling berkesan dalam karier Miley Cyrus sekaligus tambahan ikonik dalam sejarah musik film Avatar.
Dari cuplikan yang tersedia, lirik “Even through the ashes in the sky / Baby, when we dream / We dream as one” mengandung beberapa lapis makna yang memperkuat kedalaman emosional lagu ini. Frasa “we dream as one” menekankan tema kolektivitas dalam pemulihan, menggambarkan semangat persatuan dan kebersamaan yang sejalan dengan pesan ekologis serta spiritual dalam semesta Avatar. Sementara itu, kata “ashes” memiliki makna ganda secara literal menggambarkan kehancuran akibat api, namun juga berfungsi sebagai metafora untuk akhir dari suatu babak dan awal dari kebangkitan baru. Melalui simbol tersebut, Miley seakan mengajak pendengar untuk melihat bahwa dari kehancuran pun, masih ada ruang untuk harapan dan mimpi bersama. Ditambah dengan struktur melodi yang lambat dan berpusat pada permainan piano, lagu ini memancarkan nuansa penghiburan yang hangat, membuatnya terasa seperti surat terbuka tentang penyembuhan. Bukan sekadar kisah pribadi, “Dream as One” hadir sebagai pesan universal tentang kekuatan untuk bangkit dan bermimpi kembali, meski dunia di sekitar terasa hancur.
Menulis lagu untuk soundtrack film besar seperti Avatar bukan hanya langkah artistik tetapi juga strategis. Soundtrack film-film blockbuster memberi exposure lintas demografis: penggemar film, audiensi internasional, hingga komunitas industri musik. Bagi Miley, proyek ini juga merupakan cara merangkul sisi vokal dan komposisionalnya yang lebih dewasa dan reflektif setelah berbagai fase karier dari pop remaja sampai era country, rock, dan R&B. Keterlibatan nama-nama seperti Mark Ronson juga menegaskan bahwa Miley bekerja dengan kolaborator yang dapat mengangkat kualitas produksi ke level sinematik.
Menurut laporan, Avatar: Fire and Ash dijadwalkan tayang di bioskop pada 19 Desember 2025. Untuk saat ini, belum semua detail mengenai tanggal rilis penuh single atau pemasaran soundtrack diumumkan secara resmi namun cuplikan yang dibagikan Miley mengindikasikan perilisan lebih lanjut akan menyusul menjelang rilis film. Pantauan media hiburan menunjukkan bahwa teaser clip sudah dibagikan di akun resmi Miley.
Kolaborasi Miley Cyrus dengan Avatar lebih dari sekadar lagu film: ini adalah contoh bagaimana pengalaman pribadi dapat menemukan tempat di panggung global menghubungkan tema pemulihan pribadi dengan narasi besar tentang kehancuran dan kebangkitan yang diangkat oleh film. Lagu “Dream as One” berpotensi menjadi titik balik artistik yang menegaskan Miley sebagai artis yang mampu mentransformasikan tragedi menjadi karya yang universal dan menyentuh.