| |

Demi Lovato Resmi Rilis Album “It’s Not That Deep”, Era Baru Musik Pop Dimulai Lagi

Pada tanggal 24 Oktober 2025, Demi Lovato secara resmi meluncurkan album studio kedelapannya yang berjudul It’s Not That Deep, sebuah karya yang menandai era baru dalam karier musiknya. Setelah beberapa tahun bereksperimen dengan berbagai genre, mulai dari pop-rock hingga nuansa punk alternatif Lovato kini kembali ke akar pop yang pernah membesarkan namanya di awal 2010-an. Album ini menjadi simbol kelahiran kembali artistik, di mana ia memadukan warna musik yang lebih cerah, ritme dance yang menggoda, serta pesan emosional yang ringan namun jujur.

Peluncuran It’s Not That Deep juga menunjukkan transformasi besar dalam cara Lovato memandang musik dan kehidupannya. Jika pada album sebelumnya ia banyak mengekspresikan perjuangan pribadi, trauma, dan proses penyembuhan, maka dalam album ini ia memilih untuk merayakan kebahagiaan dan keseimbangan hidup. Energi yang ia pancarkan terasa lebih optimistis dan membebaskan, seolah mengajak pendengar untuk menari, tersenyum, dan menikmati momen tanpa harus memikirkan segalanya terlalu dalam sesuai dengan makna judulnya, “It’s Not That Deep”.

Kembalinya Lovato ke ranah pop bukan sekadar langkah komersial, melainkan refleksi dari fase kehidupan yang lebih stabil dan penuh cinta, terutama setelah pernikahannya dengan musisi Jutes pada awal tahun 2025. Di bawah bimbingan produser Zhone dan tim kreatif yang berpengalaman di ranah dance-pop, Lovato menampilkan sisi dirinya yang paling ringan, spontan, dan berani dalam bereksperimen. Hasilnya adalah album yang tidak hanya terdengar segar dan kontemporer, tetapi juga memperlihatkan evolusi emosional dari seorang artis yang kini sepenuhnya berdamai dengan dirinya sendiri.

Proses kreatif di balik It’s Not That Deep dimulai pada awal tahun 2024, ketika Demi Lovato memutuskan untuk mengambil jeda dari tur dan menulis lagu-lagu baru dengan suasana hati yang lebih santai. Ia mengungkapkan dalam wawancaranya bersama People bahwa keputusannya untuk kembali ke pop bukanlah hasil strategi industri, melainkan dorongan alami dari perasaan bahagia dan stabil yang kini ia rasakan. Bersama produser Zhone dan tim penulis lagu muda dari Los Angeles, Lovato menciptakan serangkaian track yang memadukan elemen dance-pop, house, dan synthwave modern, menghasilkan suara yang enerjik namun tetap personal. Setiap lagu disusun untuk menggambarkan momen-momen ringan dalam kehidupan seperti perasaan jatuh cinta, kebebasan, dan semangat menikmati masa kini.

Sumber: Instagram/ddlovato

Yang menarik, Lovato menulis sebagian besar liriknya dalam suasana rekaman yang intim, tanpa tekanan untuk menciptakan “lagu hits” semata. Ia ingin memastikan bahwa setiap nada dan kata yang muncul berasal dari tempat kejujuran dan spontanitas. Pendekatan inilah yang membuat album ini terasa sangat natural dan menyegarkan. Tak seperti era Holy F- (2022) yang penuh distorsi gitar dan kemarahan, It’s Not That Deep memantulkan keseimbangan baru antara kekuatan vokal dan kelembutan emosi. Hasil akhirnya adalah sebuah karya yang terasa seperti nafas baru dalam kariernya ringan, bebas, dan menggembirakan, namun tetap menampilkan kualitas vokal dan kedalaman ekspresi yang menjadi ciri khas Demi Lovato.

Secara konseptual, It’s Not That Deep lahir dari refleksi pribadi Demi Lovato terhadap cara ia memaknai hidup dan karier setelah bertahun-tahun berada di bawah sorotan media. Dalam wawancara bersama Entertainment Weekly, Lovato menjelaskan bahwa frase “it’s not that deep” berasal dari pemikiran sederhana namun bermakna: tidak semua hal harus dianalisis secara berlebihan, dan kebahagiaan terkadang datang dari kemampuan untuk melepaskan beban. “Saya menyadari bahwa selama ini saya sering terlalu serius dalam segala hal dalam musik, cinta, bahkan diri saya sendiri”, ujarnya. “Sekarang saya ingin menikmati hidup tanpa tekanan, dan saya ingin musik saya mencerminkan hal itu”. Pernyataan tersebut bukan sekadar kalimat promosi, melainkan cerminan nyata dari evolusi mental dan spiritual Lovato.

Makna itu juga tergambar jelas dalam visual dan estetika album. Sampul It’s Not That Deep menampilkan Lovato dalam pose sederhana namun simbolis tubuhnya nyaris tanpa busana, dibungkus kain transparan, di tengah latar yang minimalis. Gaya visual ini menggambarkan vulnerability sekaligus kebebasan, seolah ia ingin berkata bahwa dirinya kini siap tampil tanpa topeng atau lapisan emosi yang rumit. Warna-warna lembut dan pencahayaan hangat pada foto tersebut juga mempertegas nuansa rebirth yang menjadi benang merah album ini. Semua elemen, mulai dari judul hingga konsep visual, menunjukkan satu hal: Lovato sedang memasuki fase baru yang lebih jujur, santai, dan selaras dengan dirinya sendiri.

Album It’s Not That Deep dibuka dengan lagu “Fast”, yang juga dirilis sebagai lead single pada awal Agustus 2025. Lagu ini langsung menarik perhatian berkat perpaduan beat dance-pop cepat, elemen house klasik, dan vokal kuat khas Lovato yang kembali ke gaya pop era Confident (2015). “Fast” seolah menjadi pernyataan eksplisit bahwa Lovato siap “melaju kencang” di jalur pop setelah eksplorasi bernuansa gelap di album sebelumnya. Liriknya yang penuh semangat “I’m moving fast, no looking back” menggambarkan keinginan untuk terus maju tanpa beban masa lalu. Lagu ini juga dipuji oleh Rolling Stone sebagai “a vibrant return to form bright, unapologetic, and built for the dance floor”.

Single kedua, “Here All Night”, menghadirkan suasana berbeda: lebih sensual, lebih groovy, namun tetap mempertahankan energi positif yang mengundang pendengar untuk menari. Lagu ini memadukan synth bass tebal dengan vokal lembut dan lirik yang mengekspresikan kebersamaan dan koneksi emosional yang ringan. Diikuti oleh “Kiss” sebagai single ketiga yang dirilis pada Oktober 2025, Lovato bermain dengan elemen electropop yang modern dan sedikit eksperimental menampilkan keberanian baru dalam mengeksplorasi suara tanpa kehilangan esensi pop-nya. Secara keseluruhan, deretan lagu ini menegaskan bahwa It’s Not That Deep bukan hanya sekadar album transisi, tetapi pernyataan musikal yang utuh: ringan tanpa dangkal, riang tanpa kehilangan kedalaman emosional.

Setiap track di album ini dikurasi dengan cermat untuk menampilkan kesatuan tema dan suasana, dari lagu pembuka “Fast” hingga penutup “Ghost” yang melodius dan melankolis. Lovato menulis sebagian besar lagu bersama tim kreatif yang juga pernah berkolaborasi dengan artis papan atas seperti Dua Lipa dan Rina Sawayama, memastikan kualitas produksi yang modern namun tetap menyimpan karakter vokal khasnya. Hasilnya adalah album yang terasa sinar dan berlapis, membangun jembatan antara pop klasik dan pop kontemporer.

Sumber: gettyimages

Jika dibandingkan dengan era Holy F- (2022), album It’s Not That Deep terasa seperti dua sisi dari koin yang sama keduanya menampilkan Demi Lovato yang autentik, namun dari sudut emosi yang sangat berbeda. Holy F- adalah catatan mentah dari fase penuh kemarahan dan pencarian jati diri, di mana Lovato menumpahkan luka dan kejujuran melalui distorsi gitar, tempo agresif, dan lirik bernuansa pemberontakan. Ia menantang dunia yang pernah menekan dirinya dan menghadirkan sosok yang kuat, lantang, serta tanpa kompromi. Namun, setelah badai emosional itu mereda, Lovato tampak menemukan ketenangan baru dalam It’s Not That Deep. Kini, alih-alih menjerit untuk didengar, ia menyanyi untuk menikmati dan perubahan ini memberi napas baru bagi kariernya.

Secara musikal, Holy F- menampilkan dominasi pop-punk dan alternative rock, terinspirasi dari band seperti Paramore dan Avril Lavigne, sementara It’s Not That Deep bergerak ke arah yang lebih modern dan berkilau, meminjam elemen dance-pop, disco revival, dan synth-driven production yang sejalan dengan tren global 2025. Evolusi ini tidak terasa seperti kompromi, melainkan refleksi atas pertumbuhan pribadi: Lovato tidak lagi memerlukan “kemarahan” sebagai bahan bakar untuk berkarya, karena kini ia menemukan kekuatan dalam kegembiraan dan ketulusan. Seperti yang dikatakan Billboard, “Lovato’s latest project doesn’t just sound lighter it feels like she’s finally breathing freely”.

Dari segi pesan, peralihan ini juga memperlihatkan perjalanan emosional yang utuh: dari kegelapan menuju cahaya, dari perjuangan menuju penerimaan diri. It’s Not That Deep menjadi simbol bahwa Lovato tak lagi berusaha membuktikan apapun kepada dunia, melainkan ingin menikmati seni dan kehidupan dengan cara yang lebih sederhana namun bermakna. Dalam konteks industri pop yang sering kali penuh tekanan, sikap ini membuatnya menonjol sebagai salah satu artis yang berhasil mempertahankan relevansi tanpa kehilangan integritas artistik.

Secara keseluruhan, It’s Not That Deep bukan hanya album baru bagi Demi Lovato, tetapi juga pernyataan kehidupan. Di tengah industri musik yang sering kali menuntut kompleksitas dan sensasi, Lovato justru memilih jalur yang lebih sederhana namun jujur sebuah langkah yang terasa berani dan menyegarkan. Album ini menunjukkan bahwa ia tak lagi terjebak dalam narasi masa lalu atau tekanan untuk terus membuktikan diri; sebaliknya, ia kini membiarkan musik berbicara apa adanya, dengan semangat positif dan energi yang menular. Melalui 11 lagu bernuansa dance-pop yang penuh warna, Lovato tidak hanya merayakan kebebasan, tetapi juga memberikan ruang bagi pendengarnya untuk ikut merasakan euforia yang sama.

Sebagai karya pop tahun 2025, It’s Not That Deep menegaskan bahwa kekuatan sejati seorang artis terletak pada kemampuannya untuk berevolusi tanpa kehilangan identitas. Lovato, yang kini berdiri di antara kematangan pribadi dan eksplorasi musikal baru, berhasil menemukan keseimbangan antara suara modern dan pesan universal: bahwa kebahagiaan tidak harus rumit, dan kadang-kadang, hidup memang “tidak sedalam itu”. Dengan kesuksesan album ini dan penerimaan publik yang luar biasa, tak berlebihan jika banyak pihak menyebut It’s Not That Deep sebagai permulaan era pop baru bagi Demi Lovato era yang lebih bebas, lebih tulus, dan lebih hidup dari sebelumnya.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *