The Fault In Our Star by John Green
Semoa emosi menjadi satu di buku ini
Hazel Grace adalah seorang yang unik, dirinya merupakan hasil eksperimentasi obat-obatan penyembuh kanker terbaru. Kankernya hilang, tetapi paru-parunya tidak akan pernah berfungsi maksimal. Dalam bayangannya, garis nasibnya sudah bisa ia prediksi. Ia akan tumbuh menyusahkan lingkungannya, dan jadi beban bagi orang di sekitarnya. Semua mendadak berubah ketika dirinya mengikuti support group, seseorang bernama Augustus Waters datang dan memperkenalkan dirinya. Waters adalah mantan atlit basket, sangat tampan, nyaris sempurna. Yang kurang hanya satu: kakinya, dirinya hanya memiliki sebelah kaki karena kanker tulang memaksanya melakukan amputasi. Kisah selanjutnya? Mereka pun saling jatuh cinta.
Tidak banyak orang yang tertarik ketika membaca buku ini, bahkan, beberapa orang di blog berprasangka miring ketika buku ini bercerita tentang dua orang yang sedang bergelut melawan penyakit kanker. “Ah, gue sih nggak suka cerita-cerita penyakit gitu!” ujar mereka. Eits, tunggu dulu Anak Trax, buku ini bukanlah buku tentang kanker. Bintang utama dari buku ini bukanlah penyakit. Buku ini adalah buku yang berkisah tentang manusia. Terutama, perasaan-perasaan mereka.
The Fault in Our Stars adalah buku yang berhasil meyakinkan banyak orang tentang perasaan dua sejoli. Singkatnya, buku ini dapat mengobrak-abrik laci emosi lo.
Kalo Anak Trax rindu akan bacaan yang dapat mengaduk seluruh emosi dan menuangkannya menjadi sesuatu yang nyata, bacalah buku ini. Kalau rindu akan bacaan dengan dialog dan metafora-metafora yang cerdas, bacalah buku ini. Kalau rindu dengan novel cinta yang tidak sampah dan berkualitas sinetron, bacalah buku ini.
Tertawalah dan menangislah sepuasnya.