Membangkitkan kembali semangat tebing melalui Indonesian Bigwall Project
Kepopuleran naik gunung untuk para anak muda sekarang diikuti juga oleh cabang olahraga lain, salah satunya panjat tebing. Pada tahun ini, pecinta alam Trisakti, yaitu Aranyacala, bersama Caldera Indonesia mempunyai ekspedisi khusus yang diberi nama Indonesian Bigwall Project.
Dalam rangka menyambut hari jadi Aranyacala yang ke-10 dan 50 tahun Caldera Indonesia, mereka akan mengirimkan empat atlet panjat tebing Indonesia, yaitu Aprian Arun, Adiyono, Hendri Julian, dan Muhammad Raydi Koto untuk memanjat tebing-tebing yang mempunyai tingkat kesulitan dunia.
Dimulai pada 5 Juni dan rencananya berakhir pada 6 Juli di tahap pertama, keempat atlet tersebut akan memulai memanjat tebing-tebing tinggi di dataran Eropa seperti Mt. Aiguille de Dru di Chamonix, Prancis, kemudian Stetind Wall di Utara Norwegia, dan Mt. Ketil Fjeld di Selatan Pulau Greenland, Kutub Utara.
“Selain memperingati hari jadi, tujuan lain diadakan ekspedisi ini adalah untuk mengibarkan bendera Indonesia di puncak dan memicu para atlet-atlet tebing dan masyarakat untuk lebih menggemari cabang olahraga ini”, ujar Aprian Arun, salah satu atlet.
Ekspedisi ini sendiri rencananya akan berakhir pada Juni 2017, karena menurut jadwal yang dipaparkan pada Press Conference Kamis kemarin, mereka akan menaiki total 8 tebing di dunia. Setelah tahap pertama, tahap kedua dimulai dengan Carstez Pyramid di Papua pada Oktober 2016, kemudian Cerro Torre di Argentina pada Desember 2016, Yosemite di Amerika Serikat, Tsaranoro di Madagaskar pada Maret 2017, dan terakhir Trango Tower di Pakistan pada Juni 2017.
Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kembali semangat panjat tebing alam di antara pemanjat tebing, sekaligus untuk memperkenalkan pada dunia bahwa Indonesia juag memiliki pemanjat tebing yang hebat dan memiliki banyak destinasi tebing yang dapat dipanjat.
Berikut sedikit video tentang Caldera Indonesia!
[teks Rashed Hannan, Anak Trax dari IISIP Indonesia | foto Indonesian Big Wall Project]
