| | |

Gempuran Musik Virtual, Music Awards Japan Hadirkan Kategori Perdana untuk Vocaloid

Industri musik Jepang bersiap menyambut era baru dengan digelarnya upacara perdana MUSIC AWARDS JAPAN (MAJ) pada bulan Mei mendatang di Kyoto. Mengusung tema visioner, “Menghubungkan dunia, menerangi masa depan musik,” ajang penghargaan internasional ini lahir dari kolaborasi lima organisasi raksasa di bawah payung Japan Culture and Entertainment Industry Promotion Association (CEIPA).

MAJ edisi perdana ini akan memberikan apresiasi kepada beragam karya dan talenta dalam lebih dari 60 kategori. Sorotan utama tertuju pada enam penghargaan bergengsi, termasuk Song of the Year dan Artist of the Year, yang mengakui karya-karya yang mencuri perhatian dan meraih pengakuan signifikan antara 5 Februari 2024 hingga 26 Januari 2025. Daftar lengkap peserta untuk setiap kategori telah diumumkan pada bulan Maret, dan nominasi untuk masing-masing kategori baru saja dirilis minggu lalu, memicu antusiasme di kalangan penggemar musik.

Sebagai bagian dari seri eksklusif Billboard Jepang yang mengupas tren dan karakteristik MAJ, edisi kali ini menyoroti kategori perdana yang sangat menarik: Best Vocaloid Culture Song. Penghargaan ini didedikasikan untuk merayakan lagu-lagu Vocaloid yang menonjol berkat kreativitas dan keunggulan artistik mereka. Fenomena musik yang lahir dari perangkat lunak sintesis vokal ini telah berkembang pesat dengan ciri khas unik di Jepang. Artikel ini akan menganalisis bagaimana musik Vocaloid kini dinikmati di seluruh dunia, melalui penjabaran data dari berbagai karya yang masuk dalam kategori ini. Perlu dicatat bahwa dalam konteks ini, istilah “Vocaloid” mencakup pula lagu-lagu yang menggunakan perangkat lunak penyintesis suara selain produk Yamaha Vocaloid, seperti CeVIO dan Synthesizer V.

Melansir dari Billboard, pangsa penggunaan setiap voicebank (bank suara virtual) dalam lagu-lagu yang bersaing di kategori Best Vocaloid Culture Song, berdasarkan jumlah streaming global di luar Jepang. Hasilnya cukup mencengangkan: Hatsune Miku mendominasi lebih dari separuh lagu Vocaloid yang didengarkan secara internasional. Menariknya, pangsa lagu dengan suara Miku di Jepang sendiri hanya 34%, mengindikasikan popularitasnya yang jauh lebih besar di kancah global.

Selama periode perhitungan, tiga lagu Vocaloid teratas yang paling banyak diputar di luar Jepang semuanya menampilkan vokal ikonik Hatsune Miku. Bahkan, enam dari sepuluh lagu teratas juga menggunakan suara virtualnya. Sebaliknya, di Jepang, hanya tiga lagu dengan Miku yang berhasil menembus sepuluh besar, kalah dari lima lagu yang menampilkan Kasane Teto.

Data lebih lanjut menunjukkan bahwa Hatsune Miku menjadi voicebank yang paling banyak digunakan, hadir dalam 37% dari seluruh lagu yang masuk dalam kategori ini. Perkembangan menarik lainnya adalah popularitas Kasane Teto yang meroket sejak dirilisnya versi Synthesizer V AI pada April 2023, menjadikannya voicebank kedua yang paling sering digunakan setelah Miku. Melengkapi lima besar adalah Kagamine Len dan Megurine Luka, diikuti oleh IA, Kaai Yuki, dan KAFU yang berbagi posisi keenam, serta Zundamon dan Adachi Rei di urutan kesebelas. Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa Vocaloid adalah genre musik Jepang yang memiliki daya tarik global yang sangat kuat.

Lebih jauh lagi, analisis pangsa voicebank berdasarkan negara mengungkapkan tren yang menarik. Dominasi lagu “Rabbit Hole” (Hatsune Miku) oleh DECO*27 dan “Mesmerizer” (Hatsune Miku & Kasane Teto) oleh Satsuki di posisi teratas tangga lagu di berbagai negara dan wilayah menyebabkan Miku menyumbang lebih dari separuh total streaming di hampir semua wilayah. Secara khusus, pangsanya di negara-negara Amerika Latin seperti Meksiko, Chili, dan Brasil bahkan melebihi 60%. Lagu-lagu dengan penekanan pada ritme dan nuansa lirik, seperti “Binomi” (Hatsune Miku) oleh MARETU dan “Mimukauwa Nice Try” (Hatsune Miku) oleh Nununununununu, tampaknya lebih populer di wilayah ini.

Sebaliknya, negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Indonesia menunjukkan persentase lagu dengan vokal Miku yang relatif lebih rendah. Lagu-lagu yang menggunakan voicebank lain, seperti “KING” (GUMI) oleh Kanaria, “Hito Mania” (Kasane Teto) oleh Sasuke Haraguchi, dan “Kyukurarin” (KAFU) oleh Iyowa, juga sangat digemari di negara-negara ini. Korea Selatan secara khusus memiliki lebih dari 20% lagu yang menggunakan voicebank selain Miku, GUMI, dan Teto. Kedekatan budaya dengan Jepang mungkin menjadi alasan mengapa pasar musik Vocaloid di negara-negara Asia Timur lainnya lebih matang, sehingga preferensi terhadap berbagai voicebank berkembang lebih cepat dibandingkan wilayah lain.

Namun, negara-negara di Amerika Utara dan Tengah atau Selatan tidak hanya mengikuti tren musik Vocaloid di Asia. Popularitas karakter Hatsune Miku yang ikonik dan perbedaan karakteristik nasional, seperti preferensi terhadap musik yang berorientasi pada melodi atau yang berorientasi pada ritme, turut berkontribusi pada variasi penerimaan musik Vocaloid di berbagai belahan dunia.

Musik Vocaloid terus melintasi batas negara dan bahasa, membuktikan daya tariknya yang universal. Karena genre ini tidak terikat oleh batasan gaya musik tertentu, kategori Best Vocaloid Culture Song di MAJ menjadi tolok ukur yang signifikan untuk mengukur popularitas dan pengaruhnya. Nominasi untuk penghargaan perdana ini adalah “Igaku” karya Sasuke Haraguchi, “Override” karya Yoshida Yasei, “Senbonzakura” karya Kurousa P, “Tetoris” karya Hiiragi Magnetite, dan “Mesmerizer” karya Satsuki. Pemenangnya akan diumumkan penghargaan di bulan Mei, dan kita semua menantikan bagaimana penghargaan ini akan terus berkembang dan menyoroti evolusi musik virtual di tahun-tahun mendatang.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *