| | |

Enam Bulan Tanpa Liam, Ungkapan Pilu Sang Kakak di Tengah Kenangan yang Abadi

Tepat enam bulan berlalu sejak kepergian mendadak Liam Payne mengguncang dunia. Di tengah sunyinya waktu yang terus berjalan, sang kakak perempuan, Ruth Gibbins, mengabadikan momen duka ini dengan sebuah penghormatan yang menyayat hati, yang ia bagikan melalui unggahan Instagram pada Rabu, 16 April 2025 kemarin.

Sebuah pesan sederhana namun sarat emosi tertulis dalam teks hitam di atas latar belakang putih. Ruth memulai suratnya dengan kalimat yang menusuk kalbu, “6 bulan, setengah tahun tanpamu?!”

“Kepalaku masih berteriak memanggilmu,” lanjutnya, seolah suara kerinduan itu tak pernah mampu diredam. “Setiap pagi saat bangun, rasanya seperti tercebur ke dalam air, megap-megap mencari udara yang tak pernah datang untuk membebaskan. Hidup tanpamu terasa mustahil, jadi untuk saat ini, aku hanya ada. Aku belajar untuk tertawa atau tersenyum di saat yang tepat, tetapi kawan, sungguh melelahkan ketika yang kuinginkan hanyalah berbicara denganmu.”

Dalam ungkapan yang begitu intim, Gibbins berbagi bahwa terkadang ia seolah mendengar tawa sang adik saat ia menjalani hari-harinya, sebuah kehadiran tak kasat mata yang ia analogikan dengan film klasik tahun 1990, Ghost. “Kamu selalu datang dengan cara yang berbeda untuk mengembalikan ke jalan yang benar,” tulisnya, mengenang sosok adiknya sebagai penuntun dalam hidupnya.

Liam Payne menghembuskan napas terakhirnya di usia 31 tahun pada 16 Oktober 2024, setelah sebuah insiden tragis di balkon lantai tiga sebuah hotel di Buenos Aires, Argentina. Laporan toksikologi yang menyusul mengungkapkan adanya sejumlah zat dalam tubuh mantan bintang X Factor tersebut, serta kadar alkohol dalam darah yang mendekati batas fatal saat kematiannya.

Setelah berita duka tersebut menyebar, gelombang ucapan belasungkawa dan kenangan mengalir dari keluarga, sahabat, dan rekan kerja Liam – termasuk seluruh mantan rekan satu bandnya di One Direction. Dalam pernyataan panjangnya yang diunggah pada 19 Oktober, Ruth Gibbins menulis dengan pilu, “Otakku berjuang untuk memahami apa yang terjadi, dan aku tidak mengerti kemana dirimu pergi… Aku merasa dunia ini tidak cukup baik atau cukup layak untukmu, dan cukup sering selama beberapa tahun terakhir, kamu harus benar-benar berjuang keras untuk mengatasi semua yang ditujukan kepadamu. Kamu hanya ingin dicintai dan membuat orang bahagia dengan musikmu.”

Kini, enam bulan berselang, luka kehilangan itu masih terasa menganga. Gibbins mengakui bahwa ia masih “tidak dapat memproses apa yang telah terjadi dan kenyataan finalnya.” Dengan nada yang penuh kasih, ia menambahkan dalam unggahannya pada hari Rabu, “Kau tahu aku tidak akan pernah berhenti melakukan semua yang aku bisa untukmu. Aku merindukanmu dengan keras, pelan, dan di setiap momen di antaranya. Aku mencintaimu jauh lebih dari kata-kata ini atau air mataku yang mampu mengungkapkannya, tetapi aku tahu kau tahu ini. Untuk saat ini, aku akan menemuimu dalam mimpiku.”

Peringatan setengah tahun ini hadir hanya berselang sedikit lebih dari sebulan setelah keluarga Payne mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam keras pemberitaan tabloid yang berlebihan dan tidak sensitif terkait kematian sang bintang. Menyebut “perhatian dan spekulasi media yang terus-menerus” yang terjadi segera setelah kecelakaan tragis itu, keluarga tersebut menyatakan bahwa pers telah “menimbulkan kerusakan yang tak terlukiskan dan bertahan lama pada keluarga,” terutama bagi putra Liam yang berusia 7 tahun, Bear.

“Liam seharusnya memiliki umur panjang di depannya,” tegas mereka saat itu. “Sebaliknya, Bear (putra dari Liam Payne) telah kehilangan ayahnya, Geoff dan Karen telah kehilangan putra mereka, Ruth dan Nicola telah kehilangan saudara laki-laki mereka dan semua teman dan penggemar Liam telah kehilangan seseorang yang sangat mereka sayangi.”

Unggahan pilu Ruth Gibbins ini menjadi pengingat yang menyentuh tentang jejak abadi yang ditinggalkan Liam Payne dalam kehidupan orang-orang terdekatnya. Di tengah duka yang mendalam, cinta dan kenangan akan sosoknya terus hidup, menjadi pelita di tengah kegelapan kehilangan. Pesan Ruth bukan hanya sekedar ungkapan kesedihan, tetapi juga testamen akan ikatan keluarga yang takkan pernah putus, bahkan oleh maut sekalipun.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *