Cameo Dorothy di ‘Wicked: For Good’, Makna Sebenarnya & Ending yang Jadi Tribute Manis untuk Broadway
Dalam Wicked: For Good sekuel adaptasi layar lebar dari musikal Broadway legendaris yang kembali digarap Jon M. Chu kehadiran Dorothy Gale dibuat sangat sengaja dan terukur. Tokoh ikonik dari The Wizard of Oz ini memang muncul dalam beberapa adegan penting, namun penggambarannya dibuat dengan pendekatan visual yang unik ia terlihat hadir, tetapi wajahnya hamper selalu disembunyikan, entah melalui sudut kamera, pencahayaan, maupun framing yang menempatkannya di luar fokus.
Pilihan artistik ini bukan sekadar trik sinematis, tetapi memiliki fungsi naratif yang kuat. Dorothy menjadi pemicu rangkaian peristiwa besar yang menggerakkan plot, termasuk titik-titik penting yang menjembatani dunia Wicked dengan kisah klasik The Wizard of Oz. Meski begitu, film tetap menjaga agar spotlight utama tidak beralih dari perjalanan emosional antara Elphaba dan Glinda dua karakter sentral yang menjadi jantung cerita. Dengan kata lain, kehadiran Dorothy memberi dampak signifikan, tetapi tidak pernah mencuri panggung dari duo protagonis yang menjadi roh dari waralaba ini.
Kredit akhir film akhirnya mengungkapkan satu fakta penting sosok Dorothy dalam Wicked: For Good diperankan oleh Bethany Weaver, aktris sekaligus penari asal Inggris yang belum banyak muncul di proyek film besar. Yang menarik, sejak awal proses promosi, studio dan tim produksi memilih untuk menjaga nama Weaver tetap berada di bawah radar. Ia tidak dibawa ke tur media utama, tidak dilibatkan dalam wawancara besar, dan nyaris tidak pernah disebut secara eksplisit oleh para pemain maupun kru. Cosmopolitan bahkan menyoroti bagaimana langkah ini tampak seperti strategi yang direncanakan dengan sangat teliti.

Pendekatan tersebut sebenarnya memiliki alasan yang kuat. Dorothy adalah karakter ikonik yang sudah lama melekat di benak publik terutama melalui peran legendaris Judy Garland dalam film klasik The Wizard of Oz. Jika studio memilih aktris terkenal atau memberikan sorotan besar pada sosok Dorothy, perhatian penonton bisa dengan mudah bergeser dari dinamika emosional Elphaba dan Glinda, yang merupakan pusat cerita Wicked.
Dengan menggandeng aktris yang belum memiliki “citra publik” yang kuat serta menampilkan Dorothy melalui sudut kamera yang menjaga jarak, film memberikan ruang bagi penonton untuk tetap mempertahankan imajinasi mereka sendiri tentang karakter tersebut. Keputusan ini juga memungkinkan Dorothy berfungsi sebagai simbol dan elemen naratif, bukan karakter yang mendominasi layar. Pendek kata, film membiarkan Dorothy menjadi “ikon yang netral” hadir tetapi tidak mendikte persepsi penonton agar fokus cerita tetap pada hubungan rumit dua tokoh utama yang menjadi jantung Wicked.
Jon M. Chu berkali-kali menyatakan bahwa keputusan ini adalah pilihan naratif dan emosional ia tidak ingin “menginjak” imajinasi penonton tentang Dorothy kehidupannya sendiri bukan inti cerita Wicked, melainkan Elphaba dan Glinda. Dengan menyimpan Dorothy sebagai figur yang samar, Chu mempertahankan fokus film sekaligus menciptakan resonansi metaforis Dorothy menjadi ide, simbol, dan pemicu bukan pusat emosional baru. Pendekatan ini juga mengikuti tradisi teater Broadway yang sering memperlakukan Dorothy secara visual sebagai sosok yang kurang sentral, terutama di bagian kedua cerita.
Kemunculan Dorothy dalam Wicked: For Good bukan sekadar hadiah untuk penggemar atau nostalgia belaka. Perannya memiliki fungsi cerita yang jelas dan signifikan. Sosok Dorothy menjadi pemicu berbagai peristiwa penting yang mengubah jalan hidup para tokoh utama, sekaligus berfungsi sebagai penghubung antara dunia Wicked dengan kisah klasik The Wizard of Oz menjaga kesinambungan alur tanpa mengambil perhatian dari Elphaba dan Glinda. Kehadirannya juga memperkuat tema besar film tentang identitas, pengaruh, serta bagaimana tindakan kecil atau figur yang tampak sepele dapat membawa dampak besar pada perjalanan sejarah. Dengan pendekatan ini, Dorothy tampil sebagai elemen penceritaan yang elegan ia muncul pada momen yang tepat, memberikan bobot naratif, lalu kembali menghilang sebagai simbol, menjadikan cameo-nya lebih dari sekadar gimmick kosong.
Akhir dari Wicked: For Good banyak dipuji karena mampu memberikan penghormatan lembut namun kuat kepada musikal Broadway yang menjadi sumbernya. Kritikus mencatat bahwa penutup film ini tetap berakar pada hubungan emosional antara Elphaba dan Glinda bukan pada Dorothy sejalan dengan inti lagu “For Good” yang menekankan perubahan, rekonsiliasi, dan jejak abadi persahabatan. Pilihan visual dalam adegan-adegan terakhir juga terasa sangat teatrikal; komposisi gambar, tata cahaya, dan penempatan karakter sengaja dirancang untuk membangkitkan kesan panggung Broadway, seolah-olah memberikan salam hormat kepada sejarah Wicked di dunia teater. Selain itu, penyelesaian cerita tidak dibuat terlalu manis atau serba selesai. Film tetap mempertahankan nuansa bittersweet khas musikalnya, menegaskan bahwa keberanian memilih jalan yang benar selalu disertai konsekuensi. Dengan pendekatan ini, penutup Wicked: For Good berfungsi seperti surat cinta bagi para penggemar sebuah adaptasi yang berani menambah hal baru namun tetap setia pada semangat karya asalnya.

Keputusan kreatif untuk menampilkan Dorothy tanpa pernah benar-benar memperlihatkan wajahnya menjadi bukti bagaimana Wicked: For Good memahami esensi adaptasi modern mengutamakan cerita, bukan gimmick. Alih-alih mengejar kejutan besar atau menonjolkan cameo demi sensasi, film ini memilih jalur yang lebih halus dan penuh pertimbangan. Pendekatan tersebut menjaga agar emosi antara Elphaba dan Glinda tetap menjadi pusat perhatian, sekaligus menghormati akar musikal Broadway dan warisan panjang The Wizard of Oz tanpa harus menjualnya bulat-bulat.
Dengan strategi visual yang minim tetapi berdampak, kehadiran Dorothy menjadi simbol yang bekerja tepat pada momen yang diperlukan cukup untuk mengikat dunia Wicked dengan kisah klasik Oz, namun tidak sampai mengalihkan fokus. Sementara itu, ending film menghadirkan resonansi emosional yang kuat: sebuah penutup yang menggetarkan, terasa familiar bagi penggemar panggung, namun tetap segar dalam medium film. Pada akhirnya, Wicked: For Good berhasil membuat tribut yang elegan pada Broadway dan sejarah Oz, sembari menegaskan identitasnya sendiri sebagai adaptasi yang sensitif, cerdas, dan penuh kehangatan.