| | |

Cynthia Erivo Mengungkapkan Pendapatnya tentang Akhir Emosional “Wicked: For Good”

Cynthia Erivo kembali membuka diri mengenai bagaimana ia memaknai akhir kisah Elphaba yang sarat emosi dalam Wicked: For Good. Dalam sesi bincang santai namun mendalam di acara Elphaba’s Wicked Retreat – Airbnb Originals Experience pada 3 Desember, aktris berusia 38 tahun itu membahas perjalanan batin tokoh yang ia perankan, terutama menjelang penutupan cerita dalam sekuel Wicked tahun 2024.

Pada film lanjutan tersebut, klimaks emosional hadir ketika Elphaba memalsukan kematiannya. Adegan dramatis itu memperlihatkan dirinya seolah meleleh, padahal ia sebenarnya meloloskan diri melalui sebuah pintu jebakan. Bersama kekasihnya, Fiyero (diperankan Jonathan Bailey) yang rela meninggalkan sahabat lama mereka, Glinda (Ariana Grande), tepat di hari pernikahan mereka Elphaba memilih meninggalkan Oz demi menjalani hidup yang lebih bebas. Transformasi Fiyero menjadi sosok manusia-jerami, akibat mantra pelindung yang pernah dilancarkan Elphaba, menambah nuansa tragis namun puitis dari kepergian mereka.

Sebelum melangkah pergi menuju cakrawala, Elphaba mempercayakan Grimmerie, buku mantra paling berharga miliknya, kepada Glinda yang baru saja mendapatkan kemampuan sihir sepenuhnya. Momen tersebut menjadi simbol rekonsiliasi dua sahabat yang perjalanan hidupnya penuh luka, ambisi, dan ketidakpahaman. Mereka mengucapkan perpisahan melalui duet terakhir “For Good”, lagu yang telah menjadi inti emosional dari hubungan mereka sejak awal.

Sumber: gettyimages

Dalam lagu itu, Elphaba menyampaikan kalimat yang menembus perasaan, salah satunya lirik Look at me / Not with your eyes, but through theirs”. Baris tersebut bukan hanya mengungkapkan kerinduannya untuk dipahami, tetapi juga melambangkan perjalanan transformasi dan penerimaan dirinya yang selama ini disalahpahami oleh dunia.

Saat membahas momen intim antara Elphaba dan Glinda terutama baris dialog penuh makna tersebut Cynthia Erivo menjelaskan bahwa kalimat itu bekerja di dua level sekaligus. “There are two things happening in that one line”, ujarnya. “On one hand, Elphaba is trying to help Glinda understand the real truth. On the other hand, it’s also a form of comfort”.

Erivo kemudian memperluas penjelasannya. Menurutnya, Elphaba menyadari bahwa sahabatnya itu melihat dunia dan melihat dirinya dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang di Oz. “I think Glinda sees her friend through a very particular lens”, kata Erivo. “And the beauty of it is when a single, simple line can carry so many layers of meaning at once”. Ia menafsirkan baris “Look at me. Not with your eyes”, sebagai seruan lembut Elphaba agar Glinda mengingat siapa dirinya sesungguhnya, bukan bagaimana dunia menggambarkannya. “Elphaba tahu bahwa jika Glinda menggunakan pandangan dunia luar, ia akan melihat sesuatu yang sepenuhnya berbeda. Karena itu ia harus mengingatkan Glinda apa yang kamu saksikan mungkin tidak sama dengan apa yang orang lain pilih untuk lihat. Dan untuk melangkah maju, kamu harus bisa menerima perbedaan itu”.

Bagi Erivo, dialog tersebut bukan hanya pesan untuk Glinda, tetapi juga refleksi penting bagi Elphaba sendiri. “I love that line because it’s also something Elphaba needs to understand herself”, ungkapnya. “Ini adalah momen pertama di mana ia benar-benar membuat keputusan tentang masa depannya sendiri tentang apa yang akan terjadi setelah ini”.

Adegan akhir film lalu membawa penonton kembali ke masa kuliah Elphaba dan Glinda. Dalam kilas balik manis yang membangkitkan nostalgia, keduanya duduk bersama di ladang bunga poppy. Elphaba mengenakan topi runcing hitam khasnya, sementara Glinda mencondongkan tubuh untuk membisikkan sesuatu di telinga sahabatnya sebuah gestur yang mengingatkan pada gambar ikonik dari logo Wicked versi Broadway. Momen ini menjadi penutup lembut yang merangkum persahabatan mereka rumit, penuh tantangan, namun tak pernah kehilangan kehangatan.

Sumber: gettyimages

Sebelumnya, dalam wawancaranya dengan USA Today, Erivo mengungkapkan bahwa ia sama sekali tidak menyangka bahwa adegan tersebut akan digunakan sebagai penutup untuk dua bagian film Wicked. “We were really just filming a few sweet moments that day, simply capturing our sense of togetherness out in the field”, kenangnya. “Jon M. Chu, the director, did mention that he might use that footage in the film, but he never told me which part he had in mind”.

Erivo baru menyadari pentingnya adegan itu saat menonton film versi finalnya. “When I saw it on the screen, I was genuinely shocked”, ujarnya. “I thought, ‘Oh my God… so that’s where the scene ended up!’”. Momen tersebut kemudian menjadi salah satu penutup paling lembut dan penuh nostalgia dalam keseluruhan cerita suatu keputusan yang bahkan mengejutkan sang pemeran utamanya sendiri.

Chu, yang kini berusia 46 tahun, mengatakan kepada publikasi tersebut bahwa ketika adegan itu pertama kali direkam, ia belum benar-benar tahu akan digunakan di bagian mana dalam cerita. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. “Ada sesuatu yang terasa… menarik”, ujarnya. Ia menjelaskan bahwa momen tersebut tampak begitu alami seolah-olah penonton sedang mengintip sepasang sahabat yang menikmati waktu bersama tanpa tekanan apa pun. “Rasanya seperti cara paling jujur untuk menangkap kebersamaan dua orang teman”, tambahnya.

Namun begitu proses syuting adegan itu berakhir dan ia melihat hasilnya, Chu langsung merasakan intuitif bahwa momen tersebut memiliki bobot emosional yang lebih besar daripada yang ia duga. “Begitu kami selesai, saya langsung berpikir, ‘Ya, ini harus berada di akhir film”. Momen itu begitu hangat dan indah penutup yang terasa tepat.”

Dalam sesi diskusi di acara Airbnb, Cynthia Erivo juga membuka diri mengenai pelajaran terpenting yang ia dapat selama memerankan Elphaba dan terlibat dalam proyek film ini. Menurutnya, pengalaman tersebut sangat selaras dengan pesan inti Wicked. Ia menjelaskan bahwa cerita ini mengajarkan bahwa penampilan luar sering kali menipu. “Bahwa segala sesuatu tidak selalu seperti yang terlihat”, ujarnya. “Apa yang tampak di permukaan tidak selalu menggambarkan kebenaran yang sebenarnya. Kita harus menerima bahwa orang bisa berkembang, berubah, menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk dan kedua hal itu adalah bagian dari hidup”.

Erivo menekankan bahwa Wicked mengingatkan para penonton untuk tidak cepat menilai dan lebih memahami bahwa setiap orang membawa beban, cerita, dan perjalanan masing-masing. Menurutnya, perubahan dalam bentuk apapun adalah proses yang layak dirayakan.

Ia menggambarkan proses syuting dua film secara berurutan sebagai sebuah “perjalanan yang luar biasa panjang”, penuh kerja keras dan emosi. Menurutnya, melihat bagaimana para penggemar memberikan dukungan sejak awal membuat seluruh pengalaman itu terasa semakin berarti. “Saya sungguh tersentuh”, katanya, “melihat betapa hangatnya sambutan orang-orang, bagaimana film ini memicu begitu banyak percakapan, diskusi, dan koneksi baru. Antusiasme mereka benar-benar berbeda-beda tapi semuanya begitu hidup, begitu tulus dan itu membuat saya merasa sangat dihargai”.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *