Site icon TRAX

Pakai Dasi Biar Gak Basi

Dasi

Trax Style on LA Terusik Traxkusti at Sky Dining Plaza Semanggi 

 

Berbagai macam bentuk dasi saat ini, menjadi salah satu pelengkap fashion Anak Trax. Buktinya, di perayaan LA Terusik Traxkustik saja memakai dress code dasi. Tapi Anak Trax tau gak sejarah dasi sendiri seperti apa?

Pada zaman Romawi Kuno sudah dipakai kain untuk melindungi leher, khususnya oleh para juru bicara. Pada perkembangannya prajurit militer Romawi pun memakainya. Bukti dipakainya aksesori kain leher juga tampak pada patung batu di makam kuno, Xian, Tiongkok. 

Aksesori leher terkenal yang lain muncul di masa Shakespeare(1564 – 1616), disebut “ruff“. Kerah kaku dari kain putih, bentuknya seperti piringan besar yang melingkari leher. Untuk mempertahankan bentuk, ruff sering dikanji. Lama-lama ruff bertumpuk-tumpuk hingga mencapai ketebalan beberapa sentimeter dan mengakibatkan iritasi.

Akhirnya lahirlah “cravat” pada masa pemerintahan Louis XIV tahun 1660-an. Coba saja cek di google image, ketik keyword Louis XIV, terlihat beliau sedang memakai cravat putih.

Cara mengikat cravat pada zaman dulu berbeda-beda, karena akan membedakan kelas si pemakai cravat itu. Sehingga cravat pada saat itu sangat ‘dihargai’, jika ada yang berani menyentuh cravat orang lain artinya dia menantang dan terjadi duel.

Muncullah takhayul seputar cravat. Kalian tahu Napoleon Bonaparte? Beliau selalu menang perang ketika mengenakan cravat hitam yang dililitkan dua kali mengitari leher. Saat di Waterloo, Napoleon memakai cravat putih dan akhirnya “jatuh”.

Cravat mulai menyerupai dasi modern dengan ujung panjang muncul pada tahun 1860-an. Dan pada tahun 1890-an, muncullah dasi kupu-kupu.

Begitu sejarah singkatnya. Jadi ternyata dasi pada jaman dulu sangat dihargai Anak Trax. Tidak heran juga dress code LA Terusik Traxkustik kemarin akhirnya memilih dasi (dan juga shirt) sebagai pilihan.

Exit mobile version